Demensia frontotemporal adalah istilah umum untuk gangguan yang memengaruhi area otak yang berhubungan dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa.
Bruce Willis telah didiagnosis menderita demensia frontotemporal (FTD), kata keluarganya, hampir setahun setelah bintang waralaba Die Hard pensiun dari dunia akting karena afasia menghambat kemampuan kognitifnya.
“Sejak kami mengumumkan diagnosis afasia Bruce pada musim semi 2022, kondisi Bruce telah berkembang dan kami sekarang memiliki diagnosis yang lebih spesifik: demensia frontotemporal,” kata keluarganya dalam pernyataan yang dirilis Kamis di situs web The Association for Frontotemporal Degeneration.
“Sayangnya, tantangan komunikasi hanyalah salah satu gejala dari penyakit yang dihadapi Bruce. Meskipun menyakitkan, lega akhirnya memiliki diagnosis yang jelas.”
Inilah yang kami ketahui tentang FTD dan gejalanya:
Apa itu FTD?
FTD adalah istilah umum untuk gangguan yang memengaruhi area otak yang berhubungan dengan kepribadian, perilaku, bahasa, dan/atau gerakan.
Degenerasi frontotemporal disebabkan oleh hilangnya sel saraf secara progresif di lobus frontal otak atau lobus temporalnya.
Dokter mengatakan lobus frontal dan temporal otak menyusut pada pasien dengan FTD karena zat tertentu menumpuk di otak.
FTD “mungkin salah didiagnosis sebagai masalah kejiwaan atau sebagai penyakit Alzheimer,” menurut National Institute on Aging yang berbasis di AS.
Penyebab FTD tidak diketahui, namun menurut institut, “60 persen penderita FTD berusia 45 hingga 64 tahun.”
Mayo Clinic mengatakan risiko mengembangkan FTD lebih tinggi pada pasien yang memiliki riwayat keluarga demensia; ia juga mengatakan bahwa FTD adalah penyebab hingga seperlima dari semua kasus demensia.
Apa saja gejalanya?
Tanda dan gejala bervariasi tergantung pada area otak yang terkena.
Penyakit tersebut dapat menyebabkan perubahan kepribadian atau perubahan perilaku yang dapat membuat seseorang tidak pantas secara sosial, impulsif, atau tampak acuh tak acuh terhadap orang-orang di sekitarnya.
Penderita lain kehilangan kemampuan mereka untuk menggunakan bahasa.
Menurut Fakultas Kedokteran Johns Hopkins, beberapa orang juga mengalami gejala fisik seperti “seperti tremor, kejang atau kelemahan otot, kekakuan, koordinasi dan/atau keseimbangan yang buruk, atau kesulitan menelan”.
Society for Frontotemporal Degeneration menggambarkan FTD sebagai “penurunan fungsi yang tak terhindarkan”, dengan harapan hidup rata-rata tujuh hingga 13 tahun setelah timbulnya gejala.
Apa pengobatannya?
Menurut Association for Frontotemporal Degeneration, saat ini belum ada pengobatan yang tersedia untuk memperlambat atau menyembuhkan penyakit ini.
Namun, langkah-langkah dapat diambil untuk mengelola gejala, beberapa di antaranya meliputi nutrisi yang tepat, olahraga, dan manajemen stres.
Para ahli juga merekomendasikan agar pasien tetap terlibat dalam aktivitas yang merangsang.