Diperkirakan 80 kebakaran hutan telah melanda negara itu sejak Januari, dengan kebakaran mendekati Santiago de Cuba yang padat penduduk.
Kebakaran hutan besar terus membakar negara pulau Kuba, yang membentang hingga ke provinsi Santiago de Cuba, rumah bagi kota terbesar kedua di negara itu.
Pemerintah provinsi mengumumkan pada hari Selasa bahwa kebakaran berintensitas tinggi di dekat kotamadya San Luis dan Mella telah diatasi, yang terakhir melibatkan 250 warga bergabung dalam upaya memadamkan api pada dini hari.
Sejak Januari, para pejabat di Kuba telah menghitung sekitar 80 kebakaran hutan di seluruh negeri, dengan petugas pemadam kebakaran, angkatan bersenjata, dan penjaga taman berjuang untuk mengendalikan kobaran api. Lebih dari 2.000 hektar (4.942 hektar) dikonsumsi di seluruh pulau, dengan pertanian dan tanaman kopi dikatakan telah hancur dalam kobaran api.
Pada hari Senin, Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel mengakui di Twitter “perjuangan heroik” dari mereka yang melawan api, memuji para pekerja di garis depan provinsi Holguín, di mana kawasan hutan pinus bernama Pinares de Mayarí sedang terbakar.
“Keberanian dan pengorbanan para petugas pemadam kebakaran, penjaga hutan, dan penduduk menghadapi kebakaran yang menghabiskan hutan indah dan berharga di wilayah timur di Pinares de Mayarí sangat luar biasa,” tulis Díaz-Canel.
Pejabat di televisi negara mengatakan api menyebar ke “area yang luas, bukan hanya satu titik fokus”. Beberapa provinsi yang paling terpukul termasuk Pinar del Río dan Artemisa di barat serta Camagüey dan Holguín di timur.
Kebakaran sebelumnya mengancam Taman Nasional Mensura-Piloto Kuba, wilayah ekologi sensitif yang terdiri dari 6.046 hektar (14.940 hektar) yang dikenal dengan pegunungan berhutan dan air terjunnya.
Daerah pegunungan Kuba dan kekeringan yang terus berlanjut telah menghambat upaya untuk memadamkan api, dengan para pejabat memperingatkan bahwa negara itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dari kehancuran.
Negara ini berada di tengah krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, dengan pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan pesat dalam industri pariwisata, salah satu penggerak ekonomi utamanya. Pada tahun 2020 saja, ekonomi Kuba menyusut 11 persen, penurunan terbesar sejak runtuhnya Uni Soviet.
Di bawah mantan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat juga meluncurkan kampanye “tekanan maksimum” terhadap Kuba, memperketat sanksi dan membalikkan kebijakan yang dirancang di bawah pendahulunya, Barack Obama, untuk meredakan ketegangan antara kedua negara.
Kesulitan ekonomi Kuba telah memicu salah satu krisis migrasi terbesar dalam sejarah negara itu, serta kekurangan makanan dan kebutuhan dasar lainnya.